Definisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit
jantung Koroner meupakan gangguan pada pembuluh darah coroner berupa
penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses transportasi
bahan-bahan energi tubuh, sehingga dapat mengakibatkan terjadi
ketidakseimbangan anatara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
Ketidakseimbangan ini menimbulkan gangguan pompa jantung dan berakhir pada
kelemahan dan kematian sel-sel jantung.3
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi. Secara global 17,5 juta penduduk meninggal karena penyakit jantung. Kematian akibat penyakit jantung sebanyak 80 persen di negara berpendapatan rendah dan menengah . Organisasi Kesehatan Dunia pun menyatakan bahwa sejak tahun 1990, lebih banyak orang di seluruh dunia meninggal karena Penyakit Jantung Koroner (PJK) dibanding penyebab lainnya .1
Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke.2
Berdasarkan
diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan
diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.
Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung
koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang
(0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling
sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala,
estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita
paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang
(1,2%).4
Menurut
kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%)
diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55- 64 tahun
(2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%).2
Etiologi
Aterosklerosis
(pengerasan arteri) terjadi ketika zat lemak (yang terdiri dari “lipoprotein”
(produk dari protein dan lemak), kolesterol, dan produk limbah sel lainnya)
dalam darah menumpuk di dinding bagian dalam arteri. Hal ini akan menyebabkan
penyempitan atau bahkan penyumbatan pembuluh darah. Aliran darah terputus,
membuat otot jantung tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi yang
cukup, yang mengakibatkan kekurangan oksigen dan bahkan nekrosis pada otot
jantung (kematian akibat pembusukan). Jantung bisa berhenti berdetak dan
menyebabkan kematian.5
Tipe
PJK
Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:6
1. Infark
miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction)
2. Infark
miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction)
3. Angina
Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Patofisiologi
Lapisan
endotel pembuluh darah coroner yang normal aakan mengalami kerusakan oleh
adanya factor risiko antara lain faktor
hemodinamik seperti hipertensi, zat-zat vasokonstriktor, mediator (sitokin)
dari sel darah, asap rokok, diet aterogenik, peningkatan kadar gula darah, dan
oxidase dari LDL-C.7 Kerusakan
ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell
adhesion molecule seperti sitokin
(IL-1), TNF-A, Kemokin (MCP-1, IL-8), dan growth factor (platetelet derived
growth factor (PDGF), basic fibroblast growth factor (bFGF). Sel inflamasi
seperti monosit dan T-Limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari
endothelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag
dan mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik disbanding LDL.
Makrofag ini kemudian membentuk sel busa.7 LDL
teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respon inflamasi.
Sebagai tambahan, terjadi respon dari angiotensin II yang menyebabkan gangguan
vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik dengan melibatkan plateteet dan
faktor koagulasi.7 Akibat
kerusakan endotel terjadi respon protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan
fibrous, plak atherosclerosis, yang dipicu oleh inflamasi. Plak yang terjadi
dapat menjadi tidak stabil dan mengalami ruptur sehingga terjadi sindrom
coroner akut (SKA).7
Faktor
risiko
Faktor risiko yang tidak
bisa dihindari 5
·
Penuaan: Seiring dengan bertambahnya usia,
fungsi sistem kardiovaskular Anda akan memburuk;
·
Jenis kelamin: Penelitian menunjukkan bahwa
pria yang berusia di bawah 50 tahun memiliki risiko kematian yang lebih besar
akibat penyakit jantung koroner, 3 hingga 5 kali lebih tinggi daripada wanita
pada usia yang sama. Namun, bagi para wanita yang berusia di atas 50 tahun atau
telah mengalami menopause, perbedaan faktor jenis kelamin ini tidak terlalu
berpengaruh;
·
Keturunan: Orang-orang yang orangtua atau
saudara kandungnya pernah mengalami penyakit jantung atau stroke memiliki
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung koroner;
·
Suku bangsa: Orang-orang yang berasal dari
suku bangsa di Eropa dan Amerika Serikat memiliki tingkat risiko yang lebih
tinggi daripada orang-orang di Hong Kong;
·
Faktor sosial: Lingkungan tempat tinggal
dengan tingkat kepadatan tinggi, gaya hidup yang sangat sibuk dan penuh dengan
tekanan akan meningkatkan beban kerja jantung;
Faktor
risiko yang bisa dihindari:
·
Merokok: Nikotin dalam rokok merangsang
pelepasan hormon, yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan
menyempitkan pembuluh darah. Menghirup karbon monoksida bisa menurunkan
kandungan oksigen pada otot jantung. Karbon monoksida dan nikotin juga bisa
meningkatkan viskositas trombosit dan kemungkinan pembentukan plak, yang pada
akhirnya bisa merusak dinding dalam pembuluh darah dan meningkatkan risiko
pengerasan arteri. Kemungkinan serangan jantung terjadi pada wanita yang
menghisap 20 batang rokok dalam sehari adalah enam kali lebih tinggi daripada
wanita yang tidak merokok;
·
Obesitas: Risiko berkembangnya penyakit
jantung koroner pada orang yang mengalami obesitas adalah 2 hingga 3 kali lebih
tinggi daripada orang yang memiliki berat badan normal;
·
Kurangnya aktivitas fisik: Olahraga bisa
meningkatkan elastisitas pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan mengerasnya
pembuluh darah. Oleh karena itu, kurangnya olahraga bisa melemahkan fungsi
kardiovaskular;
·
Stres: Stres membuat jantung berdetak lebih
cepat, membuat otot jantung lebih tegang dan meningkatkan tekanan darah yang
bisa menyebabkan penyakit jantung koroner;
Gejala
dan tanda
Dibutuhkan
waktu yang lama untuk terjadinya aterosklerosis. Mungkin tidak ada gejala
penyakit apa pun saat penyempitan pembuluh darah terjadi. Namun untuk penyakit
jantung koroner, pasien mungkin akan mengalami gejala-gejala berikut ini: 5,8
·
Nyeri di dada: Pasien dengan penyakit jantung
koroner sering mengalami rasa nyeri di dada setelah melakukan olahraga berat
atau berada dalam tekanan emosional. Mereka akan merasa sesak di dada,
seakan-akan sedang tertekan oleh sebuah batu besar. Rasa sakit bisa menjalar ke
lengan, bahu, leher, dan rahang bagian bawah, serta akan reda setelah pasien
beristirahat selama beberapa menit.
·
Sesak napas: Karena otot jantung tidak bisa
mendapatkan pasokan darah dalam jumlah yang cukup, pasien bisa merasa sesak napas
dan kelelahan setelah melakukan aktivitas fisik.
·
Infark miokard (serangan jantung): Ketika
pasien mengalami serangan jantung, nyeri dada akan terasa lebih parah dan
dengan intensitas yang lebih lama. Nyeri dada bisa terus berlanjut, walaupun
pasien telah beristirahat atau mengonsumsi obat-obatan. Kemungkinan gejala
lainnya termasuk jantung berdebar, pusing, berkeringat, mual, dan kelelahan
yang ekstrim. Perawatan darurat segera diperlukan dalam kasus ini.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
pada penderita penyakit jantung adalah :
1. Exercise
stress test (jika memungkinkan dan EKG dapat di interpretasi). 9
2. Pemeriksaan
imaging (jika exercise test tidak memungkinan) 9
·
Echocardiography stress test
·
Stress test perfusion scanning
·
MSCT (Multislice CT scan)
3. Pemeriksaan laboratorium. Data laboratorium, di samping marka
jantung, yang harus dikumpulkan di ruang gawat darurat adalah tes darah rutin,
gula darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan
panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda terapi SKA.6
4. Pemeriksaan foto polos dada. Mengingat bahwa pasien tidak
diperkenankan meninggalkan ruang gawat darurat untuk tujuan pemeriksaan,maka
foto polos dada harus dilakukan di ruang gawat darurat dengan alat portabel.
Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis banding,identifikasi
komplikasi dan penyakit penyerta.6
Terapi
1.
Medikamentosa, prevensi primer - Aspilet 1 x 80 - Simvastatin 1x20
mg/Atorvastatin 1x20mg / Rosuvastatin1x10 mg - Terapi sesuai dengan faktor risiko yang
didapatkan9.
2.
Non Medikamentosa - Diet sehat jantung - Olah raga - Berhenti merokok9
3.
Intervensi kateter: 5
Intervensi
koroner perkutan (umumnya dikenal sebagai “angioplasti balon”): Digunakan untuk
melebarkan pembuluh darah yang menyempit, untuk meningkatkan fungsi jantung dan
mengurangi timbulnya nyeri dada. Jika penyempitan atau penyumbatan yang parah
ditemukan saat dilakukannya kateterisasi dan angiogram koroner, dokter akan
melakukan intervensi dengan menggunakan balon khusus untuk melebarkan pembuluh
darah, dan stent yang sesuai akan ditempatkan untuk menjaga kondisi pembuluh
darah. Tindakan ini juga bisa digunakan dalam kasus penyakit jantung koroner
akut, sebagai tindakan resusitasi. Komplikasi bisa mencakup perdarahan,
serangan jantung, stroke, kematian, dll.
4.
Operasi jantung 5
Operasi
bypass arteri koroner (umumnya dikenal sebagai “operasi bypass”): Operasi ini
merupakan tindakan bedah mayor. Dokter membuat bypass dengan menggunakan pembuluh
darah dari bagian tubuh lain pasien, untuk mengalirkan darah melewati pembuluh
darah yang tersumbat melalui arteri utama ke otot jantung yang rusak. Operasi
ini bisa menyebabkan komplikasi yang parah dan pasien wajib berdiskusi dengan
dokter terlebih dahulu.
Pencegahan
Telah
banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa PJK dapat dicegah dan penelitian
untuk hal ini terus berlanjut. Dari hasil studi prospektif jangka panjang
menunjukkan bahwa orang dengan faktor risiko rendah mempunyai risiko yang lebih
kecil untuk terkena PJK dan stroke.7
Komplikasi
Berikut
beberapa komplikasi yang ditimbulkan dari Penyakit Jantung Koroner :5
· Nyeri
di dada: Hal ini terjadi ketika penyempitan arteri koroner menjadi lebih parah
dan memengaruhi pasokan oksigen ke otot-otot jantung, terutama selama dan
setelah olahraga berat.
· Serangan
jantung: Hal ini terjadi ketika aliran darah benar-benar terhalang sepenuhnya.
Kekurangan darah dan oksigen akan menyebabkan kerusakan permanen pada otot
jantung dan perawatan darurat segera diperlukan.
· Gagal
jantung: Jika beberapa area otot jantung Anda kekurangan pasokan darah atau
rusak setelah terjadinya serangan jantung, maka jantung Anda tidak akan bisa
memompa darah melalui pembuluh darah ke bagian tubuh lainnya. Hal ini akan
memengaruhi fungsi organ lainnya pada tubuh Anda.
· Aritmia
(irama jantung yang tidak normal): Pasokan darah yang tidak memadai ke jantung
bisa mengganggu impuls listrik jantung Anda, sehingga mempengaruhi irama
jantung.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Cole JA,
Smith SM, Hart N, Cupples ME. Systematic Review of the Effect of Diet and
Exercise Lifestyle Interventions in the Secondary Prevention of Coronary Heart
Disease. 2011;2011(Mi).
2. Kementerian
Kesehatan RI, Indonesia R. Penyakit jantung penyebab kematian tertinggi,
kemenkes ingatkan cerdik. 2019;
3. Wahyuni A,
Nurrachmah E, Gayatri D. Kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner
melalui penerapan. 2012;15(3):151–8.
4. Kementerian BL.
InfoDatin Jantung: Situasi Kesehatan Jantung. 2014;
5. Kong H,
Kesehatan D, Tradisional M, Koroner PJ. Coronary Heart Disease. 2016;1–8.
Available from:
http://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Coronary-Heart-Disease-Indonesian.pdf?ext=.pdf
6. PERKI. Pedoman
tatalaksana sindrom koroner akut. Edisi Ketiga. Jakarta: Centra communication;
2015.
7. Majid A, Utara
US. PENYAKIT JANTUNG KORONER : 2008.
8. Education UHNP.
Coronary Artery Disease Basics. 2017;
9. PERKI. Panduan
praktik klinis (ppk) dan clinical pathway (cp) penyakit jantung dan pembuluh
darah. Edisi Pertama. Jakarta; 2016.
Definisi Penyakit Jantung Koroner
Penyakit
jantung Koroner meupakan gangguan pada pembuluh darah coroner berupa
penyempitan atau penyumbatan yang dapat mengganggu proses transportasi
bahan-bahan energi tubuh, sehingga dapat mengakibatkan terjadi
ketidakseimbangan anatara suplai oksigen dan kebutuhan oksigen.
Ketidakseimbangan ini menimbulkan gangguan pompa jantung dan berakhir pada
kelemahan dan kematian sel-sel jantung.3
Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian tertinggi. Secara global 17,5 juta penduduk meninggal karena penyakit jantung. Kematian akibat penyakit jantung sebanyak 80 persen di negara berpendapatan rendah dan menengah . Organisasi Kesehatan Dunia pun menyatakan bahwa sejak tahun 1990, lebih banyak orang di seluruh dunia meninggal karena Penyakit Jantung Koroner (PJK) dibanding penyebab lainnya .1
Epidemiologi
Data World Health Organization (WHO) tahun 2012 menunjukkan 17,5 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Dari seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di antaranya disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%) disebabkan oleh stroke.2
Berdasarkan
diagnosis dokter, prevalensi penyakit jantung koroner di Indonesia tahun 2013
sebesar 0,5% atau diperkirakan sekitar 883.447 orang, sedangkan berdasarkan
diagnosis dokter/gejala sebesar 1,5% atau diperkirakan sekitar 2.650.340 orang.
Berdasarkan diagnosis dokter, estimasi jumlah penderita penyakit jantung
koroner terbanyak terdapat di Provinsi Jawa Barat sebanyak 160.812 orang
(0,5%), sedangkan Provinsi Maluku Utara memiliki jumlah penderita paling
sedikit, yaitu sebanyak 1.436 orang (0,2%). Berdasarkan diagnosis/gejala,
estimasi jumlah penderita penyakit jantung koroner terbanyak terdapat di
Provinsi Jawa Timur sebanyak 375.127 orang (1,3%), sedangkan jumlah penderita
paling sedikit ditemukan di Provinsi Papua Barat, yaitu sebanyak 6.690 orang
(1,2%).4
Menurut
kelompok umur, PJK paling banyak terjadi pada kelompok umur 65-74 tahun (3,6%)
diikuti kelompok umur 75 tahun ke atas (3,2%), kelompok umur 55- 64 tahun
(2,1%) dan kelompok umur 35-44 tahun (1,3%).2
Etiologi
Aterosklerosis
(pengerasan arteri) terjadi ketika zat lemak (yang terdiri dari “lipoprotein”
(produk dari protein dan lemak), kolesterol, dan produk limbah sel lainnya)
dalam darah menumpuk di dinding bagian dalam arteri. Hal ini akan menyebabkan
penyempitan atau bahkan penyumbatan pembuluh darah. Aliran darah terputus,
membuat otot jantung tidak bisa mendapatkan pasokan oksigen dan nutrisi yang
cukup, yang mengakibatkan kekurangan oksigen dan bahkan nekrosis pada otot
jantung (kematian akibat pembusukan). Jantung bisa berhenti berdetak dan
menyebabkan kematian.5
Tipe
PJK
Berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan elektrokardiogram
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:6
(EKG), dan pemeriksaan marka jantung, Sindrom Koroner Akut dibagi menjadi:6
1. Infark
miokard dengan elevasi segmen ST (STEMI: ST segment elevation
myocardial infarction)
myocardial infarction)
2. Infark
miokard dengan non elevasi segmen ST (NSTEMI: non ST segment
elevation myocardial infarction)
elevation myocardial infarction)
3. Angina
Pektoris tidak stabil (UAP: unstable angina pectoris)
Patofisiologi
Lapisan
endotel pembuluh darah coroner yang normal aakan mengalami kerusakan oleh
adanya factor risiko antara lain faktor
hemodinamik seperti hipertensi, zat-zat vasokonstriktor, mediator (sitokin)
dari sel darah, asap rokok, diet aterogenik, peningkatan kadar gula darah, dan
oxidase dari LDL-C.7 Kerusakan
ini menyebabkan sel endotel menghasilkan cell
adhesion molecule seperti sitokin
(IL-1), TNF-A, Kemokin (MCP-1, IL-8), dan growth factor (platetelet derived
growth factor (PDGF), basic fibroblast growth factor (bFGF). Sel inflamasi
seperti monosit dan T-Limfosit masuk ke permukaan endotel dan migrasi dari
endothelium ke sub endotel. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag
dan mengambil LDL teroksidasi yang bersifat lebih atherogenik disbanding LDL.
Makrofag ini kemudian membentuk sel busa.7 LDL
teroksidasi menyebabkan kematian sel endotel dan menghasilkan respon inflamasi.
Sebagai tambahan, terjadi respon dari angiotensin II yang menyebabkan gangguan
vasodilatasi, dan mencetuskan efek protrombik dengan melibatkan plateteet dan
faktor koagulasi.7 Akibat
kerusakan endotel terjadi respon protektif dan terbentuk lesi fibrofatty dan
fibrous, plak atherosclerosis, yang dipicu oleh inflamasi. Plak yang terjadi
dapat menjadi tidak stabil dan mengalami ruptur sehingga terjadi sindrom
coroner akut (SKA).7
Faktor
risiko
Faktor risiko yang tidak
bisa dihindari 5
·
Penuaan: Seiring dengan bertambahnya usia,
fungsi sistem kardiovaskular Anda akan memburuk;
·
Jenis kelamin: Penelitian menunjukkan bahwa
pria yang berusia di bawah 50 tahun memiliki risiko kematian yang lebih besar
akibat penyakit jantung koroner, 3 hingga 5 kali lebih tinggi daripada wanita
pada usia yang sama. Namun, bagi para wanita yang berusia di atas 50 tahun atau
telah mengalami menopause, perbedaan faktor jenis kelamin ini tidak terlalu
berpengaruh;
·
Keturunan: Orang-orang yang orangtua atau
saudara kandungnya pernah mengalami penyakit jantung atau stroke memiliki
tingkat risiko yang lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung koroner;
·
Suku bangsa: Orang-orang yang berasal dari
suku bangsa di Eropa dan Amerika Serikat memiliki tingkat risiko yang lebih
tinggi daripada orang-orang di Hong Kong;
·
Faktor sosial: Lingkungan tempat tinggal
dengan tingkat kepadatan tinggi, gaya hidup yang sangat sibuk dan penuh dengan
tekanan akan meningkatkan beban kerja jantung;
Faktor
risiko yang bisa dihindari:
·
Merokok: Nikotin dalam rokok merangsang
pelepasan hormon, yang menyebabkan jantung berdetak lebih cepat dan
menyempitkan pembuluh darah. Menghirup karbon monoksida bisa menurunkan
kandungan oksigen pada otot jantung. Karbon monoksida dan nikotin juga bisa
meningkatkan viskositas trombosit dan kemungkinan pembentukan plak, yang pada
akhirnya bisa merusak dinding dalam pembuluh darah dan meningkatkan risiko
pengerasan arteri. Kemungkinan serangan jantung terjadi pada wanita yang
menghisap 20 batang rokok dalam sehari adalah enam kali lebih tinggi daripada
wanita yang tidak merokok;
·
Obesitas: Risiko berkembangnya penyakit
jantung koroner pada orang yang mengalami obesitas adalah 2 hingga 3 kali lebih
tinggi daripada orang yang memiliki berat badan normal;
·
Kurangnya aktivitas fisik: Olahraga bisa
meningkatkan elastisitas pembuluh darah dan mengurangi kemungkinan mengerasnya
pembuluh darah. Oleh karena itu, kurangnya olahraga bisa melemahkan fungsi
kardiovaskular;
·
Stres: Stres membuat jantung berdetak lebih
cepat, membuat otot jantung lebih tegang dan meningkatkan tekanan darah yang
bisa menyebabkan penyakit jantung koroner;
Gejala
dan tanda
Dibutuhkan
waktu yang lama untuk terjadinya aterosklerosis. Mungkin tidak ada gejala
penyakit apa pun saat penyempitan pembuluh darah terjadi. Namun untuk penyakit
jantung koroner, pasien mungkin akan mengalami gejala-gejala berikut ini: 5,8
·
Nyeri di dada: Pasien dengan penyakit jantung
koroner sering mengalami rasa nyeri di dada setelah melakukan olahraga berat
atau berada dalam tekanan emosional. Mereka akan merasa sesak di dada,
seakan-akan sedang tertekan oleh sebuah batu besar. Rasa sakit bisa menjalar ke
lengan, bahu, leher, dan rahang bagian bawah, serta akan reda setelah pasien
beristirahat selama beberapa menit.
·
Sesak napas: Karena otot jantung tidak bisa
mendapatkan pasokan darah dalam jumlah yang cukup, pasien bisa merasa sesak napas
dan kelelahan setelah melakukan aktivitas fisik.
·
Infark miokard (serangan jantung): Ketika
pasien mengalami serangan jantung, nyeri dada akan terasa lebih parah dan
dengan intensitas yang lebih lama. Nyeri dada bisa terus berlanjut, walaupun
pasien telah beristirahat atau mengonsumsi obat-obatan. Kemungkinan gejala
lainnya termasuk jantung berdebar, pusing, berkeringat, mual, dan kelelahan
yang ekstrim. Perawatan darurat segera diperlukan dalam kasus ini.
Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan
pada penderita penyakit jantung adalah :
1. Exercise
stress test (jika memungkinkan dan EKG dapat di interpretasi). 9
2. Pemeriksaan
imaging (jika exercise test tidak memungkinan) 9
·
Echocardiography stress test
·
Stress test perfusion scanning
·
MSCT (Multislice CT scan)
3. Pemeriksaan laboratorium. Data laboratorium, di samping marka
jantung, yang harus dikumpulkan di ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda terapi SKA.6
jantung, yang harus dikumpulkan di ruang gawat darurat adalah tes darah rutin, gula darah sewaktu, status elektrolit, koagulasi darah, tes fungsi ginjal, dan panel lipid. Pemeriksaan laboratorium tidak boleh menunda terapi SKA.6
4. Pemeriksaan foto polos dada. Mengingat bahwa pasien tidak
diperkenankan meninggalkan ruang gawat darurat untuk tujuan pemeriksaan,maka foto polos dada harus dilakukan di ruang gawat darurat dengan alat portabel. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis banding,identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta.6
diperkenankan meninggalkan ruang gawat darurat untuk tujuan pemeriksaan,maka foto polos dada harus dilakukan di ruang gawat darurat dengan alat portabel. Tujuan pemeriksaan adalah untuk membuat diagnosis banding,identifikasi komplikasi dan penyakit penyerta.6
Terapi
1.
Medikamentosa, prevensi primer - Aspilet 1 x 80 - Simvastatin 1x20
mg/Atorvastatin 1x20mg / Rosuvastatin1x10 mg - Terapi sesuai dengan faktor risiko yang
didapatkan9.
2.
Non Medikamentosa - Diet sehat jantung - Olah raga - Berhenti merokok9
3.
Intervensi kateter: 5
Intervensi
koroner perkutan (umumnya dikenal sebagai “angioplasti balon”): Digunakan untuk
melebarkan pembuluh darah yang menyempit, untuk meningkatkan fungsi jantung dan
mengurangi timbulnya nyeri dada. Jika penyempitan atau penyumbatan yang parah
ditemukan saat dilakukannya kateterisasi dan angiogram koroner, dokter akan
melakukan intervensi dengan menggunakan balon khusus untuk melebarkan pembuluh
darah, dan stent yang sesuai akan ditempatkan untuk menjaga kondisi pembuluh
darah. Tindakan ini juga bisa digunakan dalam kasus penyakit jantung koroner
akut, sebagai tindakan resusitasi. Komplikasi bisa mencakup perdarahan,
serangan jantung, stroke, kematian, dll.
4.
Operasi jantung 5
Operasi
bypass arteri koroner (umumnya dikenal sebagai “operasi bypass”): Operasi ini
merupakan tindakan bedah mayor. Dokter membuat bypass dengan menggunakan pembuluh
darah dari bagian tubuh lain pasien, untuk mengalirkan darah melewati pembuluh
darah yang tersumbat melalui arteri utama ke otot jantung yang rusak. Operasi
ini bisa menyebabkan komplikasi yang parah dan pasien wajib berdiskusi dengan
dokter terlebih dahulu.
Pencegahan
Telah
banyak bukti-bukti yang menunjukkan bahwa PJK dapat dicegah dan penelitian
untuk hal ini terus berlanjut. Dari hasil studi prospektif jangka panjang
menunjukkan bahwa orang dengan faktor risiko rendah mempunyai risiko yang lebih
kecil untuk terkena PJK dan stroke.7
Komplikasi
Berikut
beberapa komplikasi yang ditimbulkan dari Penyakit Jantung Koroner :5
· Nyeri
di dada: Hal ini terjadi ketika penyempitan arteri koroner menjadi lebih parah
dan memengaruhi pasokan oksigen ke otot-otot jantung, terutama selama dan
setelah olahraga berat.
· Serangan
jantung: Hal ini terjadi ketika aliran darah benar-benar terhalang sepenuhnya.
Kekurangan darah dan oksigen akan menyebabkan kerusakan permanen pada otot
jantung dan perawatan darurat segera diperlukan.
· Gagal
jantung: Jika beberapa area otot jantung Anda kekurangan pasokan darah atau
rusak setelah terjadinya serangan jantung, maka jantung Anda tidak akan bisa
memompa darah melalui pembuluh darah ke bagian tubuh lainnya. Hal ini akan
memengaruhi fungsi organ lainnya pada tubuh Anda.
· Aritmia
(irama jantung yang tidak normal): Pasokan darah yang tidak memadai ke jantung
bisa mengganggu impuls listrik jantung Anda, sehingga mempengaruhi irama
jantung.
DAFTAR
PUSTAKA
1. Cole JA,
Smith SM, Hart N, Cupples ME. Systematic Review of the Effect of Diet and
Exercise Lifestyle Interventions in the Secondary Prevention of Coronary Heart
Disease. 2011;2011(Mi).
2. Kementerian
Kesehatan RI, Indonesia R. Penyakit jantung penyebab kematian tertinggi,
kemenkes ingatkan cerdik. 2019;
3. Wahyuni A,
Nurrachmah E, Gayatri D. Kesiapan pulang pasien penyakit jantung koroner
melalui penerapan. 2012;15(3):151–8.
4. Kementerian BL.
InfoDatin Jantung: Situasi Kesehatan Jantung. 2014;
5. Kong H,
Kesehatan D, Tradisional M, Koroner PJ. Coronary Heart Disease. 2016;1–8.
Available from:
http://www21.ha.org.hk/smartpatient/EM/MediaLibraries/EM/EMMedia/Coronary-Heart-Disease-Indonesian.pdf?ext=.pdf
6. PERKI. Pedoman
tatalaksana sindrom koroner akut. Edisi Ketiga. Jakarta: Centra communication;
2015.
7. Majid A, Utara
US. PENYAKIT JANTUNG KORONER : 2008.
8. Education UHNP.
Coronary Artery Disease Basics. 2017;
9. PERKI. Panduan
praktik klinis (ppk) dan clinical pathway (cp) penyakit jantung dan pembuluh
darah. Edisi Pertama. Jakarta; 2016.
Komentar
Posting Komentar